Presiden Ingatkan Semangat 45 di Hadapan Para Purnawirawan TNI-Polri

JAKARTA, jurnal-ina.com – “Maaf, saya memang jarang hadir di acara-acara purnawirawan, karena padatnya jadwal. Alhamdulillah hari ini saya bisa hadir,” ujar Presiden Prabowo, membuka pidatonya di hadapan 1.200 purnawirawan TNI-Polri yang memadati aula Balai Kartini, Jalan Gatot Subroto, Jakarta Selatan, Selasa (6/5/2025) sore.

Sore itu, Persatuan Purnawirawan TNI Angkatan Darat (PPAD) menjadi tuan rumah acara halal bihalal Presiden dengan para purnawirawan TNI-Polri. Sebelumnya, Menteri Agama Prof. Dr. Nasaruddin Umar, MA menyampaikan hikmah halal bihalal dan doa bersama, dilanjutkan sambutan selamat datang dari Plt Ketua Umum PPAD, Mayjen TNI Purn Dr Komaruddin Simanjuntak.

Gemblengan Angkatan 45

Presiden dalam kesempatan itu mengingatkan para purnawirawan semua tentang hakikat semangat ’45. Satu spirit yang diwariskan oleh Angkatan ’45. “Beruntung saya masih mendapatkan gemblengan dari Angkatan ’45,” kata Jenderal Purn Prabowo Subianto, lulusan AKABRI 1974.

Sejak masih jadi calon tentara hingga akhirnya menjadi prajurit aktif, telah ditanamkan bahwa begitu menjadi prajurit, hidup kita, jiwa kita, bukan milik kita lagi, bukan milik keluarga lagi. “Jiwa dan raga kita sudah kita persembahkan kepada bangsa dan negara,” tegas Prabowo.

Warisan nilai-nilai yang ditanamkan Angkatan 45 disebut Prabowo sangat fundamental. Angkatan inilah yang berjasa memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia dari tangan penjajah.

“Baik Angkatan 45 yang berada di kelompok bersenjata maupun yang tidak, semua berjuang untuk Indonesia merdeka. Angkatan ini sungguh memilik ciri yang sangat khas. Saya kira para senior yang hadir di sini, akan merasakan apa yang saya rasakan,” urai Presiden.

Prabowo merasakan semangat patriotisme yang berkobar-kobar. Rasa cinta tanah air dan percaya diri yang tinggi. Sebab, mereka adalah generasi yang berhadapan langsung dengan negara-negara adi kuasa, seperti Belanda, Jepang ataupun negara-negara Eropa lain.

Generasi 45 dari semua suku di Indonesia, bertekad tidak mau dijajah. Tidak mau menjadi bangsa pesuruh. Tidak mau menjadi bangsa yang kerdil dan miskin. “Padahal ketika itu, kita baru merdeka. Negara belum punya anggaran. Belum ada organisasi yang mapan. Bahkan sebagian persenjataan militer kita hasil pampasan perang,” tutur Presiden.

Akan tetapi, di usia yang masih sangat muda, mereka berhati baja. Jenderal Soedirman, misalnya, menjadi Panglima Besar saat usianya baru 29 tahun. “Beliau adalah panutan tentara, sekaligus panutan bangsa,” terang Prabowo.

Tak hanya itu. Slamet Riyadi bahkan menjadi Komandan Brigade di usia yang baru 22 tahun. “Banyak pejuang kita mati muda. Artinya, kemerdekaan Indonesia juga diraih dengan darah dan nyawa anak-anak muda yang revolusioner dan cinta Tanah Air,” ceritanya.

Prabowo juga mengisahkan bagaimana sejak kecil sering diajak orang tua ziarah ke makam dua pamannya yang gugur. Mereka adalah Kapten Anumerta Subianto Djojohadikusumo dan Taruna Sujono Djojohadikusumo. Keduanya gugur dalam pertempuran Lengkong di bawah komando Mayor Daan Mogot. Keduanya gugur saat usianya 21 tahun dan 16 tahun.

“Karena itulah dalam kesempatan ini saya sampaikan bahwa, tugas kita adalah meneruskan perjuangan mereka. Para syuhada yang gugur demi nusa dan bangsa. Purnawirawan hanya status administrasi, tetapi semangat pengabdian harus sampai mati,” Prabowo mengingatkan seraya menambahkan, “Dan saya bertekad memutus mata rantai kemiskinan di negara yang kaya raya ini.”

Fajri MU

“Purnawirawan hanya status administrasi, tetapi semangat pengabdian harus sampai mati,” Prabowo mengingatkan. Foto: NM.

Related posts

banner 468x60

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *