BALI, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki menegaskan untuk menumbuhkan wirausaha di Indonesia harus “by-design” agar bisa masuk ke rantai pasok industri.
“Ide bisnis dan produk harus diseleksi dengan benar sehingga menghasilkan inovasi produk yang memiliki nilai tambah,” ucap MenKopUKM Teten Masduki pada Road to be Young Entrepreneur (Pra Pendampingan Wirausaha) di Denpasar, Bali, Senin (14/11/2022).
By-design bisa ditentukan keunggulan domestik dari masing-masing daerah untuk dikembangkan.
“Ide bisnis dan produk dari wirusaha muda yang akan diinkubasi. Mereka kita erami, ditetaskan, kemudian dibesarkan. Ke depan, model pengembangan seperti ini yang harus kita tingkatkan,” kata MenKopUKM.
Di depan sekitar 150 wirausaha muda dari kalangan mahasiswa, Teten Masduki mengemukakan, ada sekitar 21 juta UMKM yang sudah terhubung ke ekonomi dan pasar digital. Namun, sekitar 90% di antaranya masih memasarkan produk impor. “Kita jangan lagi menjadi pedagang bagi produk impor. Kita harus memperkuat produksi produk kita. Ini tantangan kita,” tegas Teten.
MenKopUKM mengajak generasi muda terutama para mahasiswa untuk memiliki ide bisnis sejak masuk bangku kuliah. “Kampus-kampus harus sudah mampu melahirkan entrepreneur muda yang tangguh. Begitu lulus sarjana sudah punya bisnis yang bisa dikembangkan,” ujarnya.
MenKopUKM berharap kampus memiliki kurikulum yang mengubah pola pikir para lulusan sarjana harus sudah masuk ke industri. “Ini menjadi bagian dari target pemerintah dalam mencetak 1 juta wirausaha muda hingga 2024,” terang MenKopUKM.
Oleh karena itu, dia menyebutkan bahwa pihaknya terus melakukan perbaikan ekosistem wirausaha di Indonesia. Salah satunya, porsi kredit perbankan untuk UMKM yang akan ditingkatkan menjadi 30%. Dibandingkan dengan negara lain, porsi kredit bagi UMKM di Indonesia tergolong rendah. Misalnya saja di Korsel kredit UMKM sudah mencapai 80%, Malaysia dan Thailand juga di atas 50%.
Mereka adalah calon entreprenur dari kalangan perguruan tinggi
“Memang, sudah ada kebijakan kredit hingga Rp100 juta tanpa agunan. Tapi, dalam prakteknya, masih sulit. Pasalnya, bank masih berbasis pada agunan. Bandingkan dengan perusahaan Fintech yang kredit hingga Rp2 miliar tanpa agunan,” urai MenKopUKM.
Menteri berharap perbankan mengubah pendekatan kredit, dari agunan ke credit scoring. “Pengelolaan bisnis UMKM harus memakai aplikasi digital. Dengan begitu, track record usaha tergambar dengan baik.”
Dengan aplikasi digital tersebut, bisa menggambarkan credit scoring yang dimiliki UMKM. “Jadi, bank harus menggunakan credit scoring, UMKM harus digital,” tuturnya.
Ke depan, MenKopUKM mendorong UMKM berbasis inovasi dan teknologi digital dengan memperkuat business plan. “Kalau business plan-nya jelas dan bagus, saya meyakini banyak investor dalam dan luar negeri yang berinvestasi ke UMKM,” papar MenKopUKM.
Kepala Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Bali I Wayan Ekadina menyebutkan, pihaknya menargetkan rasio kewirausahaan di Bali bisa mencapai 9,08% pada 2024. Saat ini, masih sangat kecil, yakni 2,28%.
Ekadina pun mengajak anak-anak muda untuk terus mewujudkan jiwa wirausaha dalam dirinya. “Setelah lulus kuliah harus punya jiwa wirausaha. Saya optimistis itu akan mampu meningkatkan rasio kewirausahaan di Bali,” Ekadina menguraikan.
Apalagi, ke depan, Bali tidak lagi hanya menyandarkan perekonomiannya pada sektor pariwisata. Ada sektor-sektor unggulan lain yang bakal dikembangkan. Yaitu, perikanan, pertanian, perindustrian, UKM serta koperasi.
“Kita juga terus mengembangkan ekonomi berbasis digital hingga pariwisata berbasis budaya lokal,” tukas Ekadina.
MULIA GINTING – ERWIN TAMBUNAN
Menteri Koperasi dan UKM minta agar persentase wirausaha nasional dinaikkan. Dia menegaskan itu pada Road to be Young Entrepreneur di Denpasar, Bali. Foto: KemenKopUKM
Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com