JAKARTA, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan saat ini pemerintah sedang mendesain ulang kebijakan ekonomi digital agar menguntungkan semua pihak terutama pelaku UMKM.
MenKopUKM Teten Masduki memastikan Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) melalui sinergi dengan berbagai Kementerian/Lembaga (K/L) menaruh perhatian yang besar terhadap perlindungan dan perkembangan ekonomi digital, salah satunya e-commerce.
“Pemerintah sedang me-redesign kebijakan nasional ekonomi digital untuk mendukung perkembangan ekonomi digital. Ini sebagai bentuk dukungan pemerintah, karena saat ini baru mengatur e-commerce saja. Ke depan industri ini terus berkembang banyak jenis dan bisnis modelnya,” ucap MenKopUKM Teten pada acara ICON 2022 yang mengangkat tema ‘The Omnichannel Journey’ di Ballroom Ritz Carlton, Pasific Place, Jakarta, Kamis (6/10/2022).
Turut hadir President Direktor PT Supra Boga Lestari Tbk Meshvara Kanjaya dan EVP of Consumer Goods and Lifestyle Blibli Fransisca Krisantia Nugraha.serta mendampingi Direktur Utama LLP-KUMKM (Smesco Indonesia) Leonard Theosabrata dan Staf Khusus Menteri Bidang Ekonomi Kreatif KemenKopUKM Fiki Satari.
Pada 2030, nilai ekonomi digital Indonesia diproyeksi mencapai Rp4.531 triliun atau bertumbuh 8 kali lipat dibandingkan 2020. Sementara saat ini, sebanyak 20,24 juta UMKM sudah go digital menurut Indonesia E-Commerce Association (idEA) per Agustus 2022. Dan data internal KemenKopUKM, sudah mencapai 67,4% dari target pemerintah yaitu 30 juta UMKM masuk ekosistem digital pada 2024. Angka ini bertumbuh 153% sejak awal pandemi yaitu 8 juta UMKM di awal 2020.
MenKopUKM menekankan, besarnya potensi ekonomi digital tersebut, harus diantisipasi agar sebagian besar di antaranya tidak dibanjiri dengan produk impor. “Saya gelisah ketika e-commerce-nya naik, justru masih ada barang impor yang bisa merusak perkembangan produk UMKM di e-commerce,” ujarnya.
Presiden Joko Widodo memberi tugas kepada beberapa menteri terkait, untuk melindungi e-commerce dalam negeri agar tidak sampai seperti yang terjadi di India. Di mana produk e-commerce justru mayoritas datang dari luar negeri.
“Bersama stakeholder terkait, termasuk Kemendag, kami terus menyempurnakan regulasi terkait Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) untuk melindungi UMKM pada lokapasar daring, PPMSE lokal, serta konsumen atau masyarakat luas,” ulas Teten Masduki.
Platform e-commerce yang berkembang di Indonesia kata MenKopUKM, harus menjadi peluang bagi UMKM penjualan offline. Tidak mendapat tempat strategis untuk memasarkan produknya. Adanya e-commerce diharapkan membuat pelaku UMKM di pelosok daerah bisa berjualan secara digital.
“Jadi setelah bisnisnya diberikan perlindungan, konsumennya juga harus dilindungi jangan sampai banyak yang merasa dirugikan. Sehingga, besarnya potensi ekonomi digital ini benar-benar bisa dirasakan manfaatnya,” tegas menteri.
Untuk mencapai itu semua kata MenKopUKM, juga tidak mudah. Banyak tantangan yang dihadapi. Mulai dari literasi digital, literasi usaha, literasi keuangan, hingga persaingan yang sengit di market digital. Terkait literasi, KemenKopUKM saat ini sedang memanfaatkan jaringan reseller atau yang disebut dengan internet marketer yang memiliki peran penting dalam penjualan di marketplace.
ICON 2022
“Hal itu yang kini sedang dilakukan oleh Smesco yang mengkonsolidasikan para internet marketer. Sebelumnya kami telah menggelar Digital MeetUp untuk memanfaatkan internet marketer agar membantu pelaku UMKM. Karena saat pertama kali menjabat, saya sempat berbicara dengan Alibaba. Salah satu yang keberhasilan penjualan di internet adalah menciptakan para jagoan jualan di internet.”
Tantangan berikutnya, kapasitas dan kepemilikan perangkat digital termasuk infrastruktur pendukung yang masih terbatas, seperti jaringan internet yang belum merata. Kemudian kualitas dan kapasitas produksi UMKM relatif belum stabil dan masih minim.
“Mayoritas UMKM kita membuat produk yang hampir sama, sehingga ada riset kami dengan Indosat yang membuat pendapatan UMKM menurun. Smesco juga menyiapkan Smesco Labo yang menjadi pusat Research and Development (R&D), supaya produk UMKM semakin inovasi dan variatif. Dan KemenKopUKM juga gencar menggandeng inkubator swasta dan kampus untuk menciptakan produk berbasis kreativitas dan teknologi,” tutur Teten.
Menteri juga menyampaikan terkait perlindungan kekayaan intelektual bagi pelaku UMKM karena mudahnya duplikasi produk di marketplace. Menurutnya, banyak produk UMKM baru saja dijual sudah ada produk luar negeri yang meniru.
“Ada persoalan dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) di sini. Bahkan sampai sarung-sarung Pekalongan ada yang dijual lewat e-commerce crossborder. Jangan sampai UMKM yang punya inovasi begitu naik di e-commerce langsung ada yang menirunya,” tegas MenKopUKM.
Potensi Omnichannel
Sementara, EVP of Consumer Goods and Lifestyle Blibli Fransisca Krisantia Nugraha mengungkapkan, sebanyak 75% pelanggan Blibli telah melakukan transaksi omnichannel (baik offline dan online sekaligus).
Salah satunya layanan BlibliMart, kategori groceries Blibli.com, sebagai salah satu inovasi omnichannel sejak 2020 yang memperkenalkan fitur pengiriman terkini, serta toko offline cashless dan cashierless pertama bagi e-commerce.
“Upaya ini sebagai langkah kami memperkuat manajemen rantai pasokan (supply chain), menyediakan layanan inovatif sesuai kebutuhan pelanggan dan memperluas kehadiran omnichannel dengan konsep ritel baru,” urainya.
President Direktor PT Supra Boga Lestari Tbk Meshvara Kanjaya menambahkan, sebagai perusahaan yang concern dengan layanan groceries secara offline, pihaknya turut mengadaptasi layanan offlline dan online sekaligus memperluas akses pasar dan layanan ke masyarakat.
“Sejujurnya, bisnis groceries ini merupakan bisnis yang atraktif tapi minim margin, karena biaya ongkos kirim (ongkir) yang tinggi. Itu kenapa perlu kolaborasi dengan platform e-commerce yang punya formula pengiriman dengan tetap memberikan manfaat bagi pelanggan dan supply chain-nya,” imbau Meshvara.