JAKARTA, jurnal-ina.com – Menteri Koperasi dan UKM (MenKopUKM) Teten Masduki mengatakan perguruan tinggi berperanan penting dalam upaya mendorong evolusi kewirausahaan Indonesia.
“Menjadi penting kita bekerjasama dengan universitas untuk mendorong evolusi kewirausahaan dari UMKM yang masih memiliki skala ekonomi subsisten. Atau hanya untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga menjadi UMKM yang memiliki produk berbasis inovasi, teknologi dan ilmu pengetahun,” kata MenKopUKM Teten Masduki pada Webinar Universitas Garut bertajuk “Bagaimana Membangun Ketahanan dan Pertumbuhan UMKM Hingga Mampu Melalui Disrupsi” di Jakarta secara virtual, Sabtu (3/9/2020).
Setiap tahunnya Indonesia memiliki 3,5 juta angkatan kerja baru yang lulus dari sekolah sampai ke tingkat perguruan tinggi. Sebanyak 1,7 juta di antara jumlah tersebut merupakan sarjana. Dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang rata-rata mencatatkan angka 5% tiap tahunnya, hanya 2 juta lapangan kerja yang mampu disediakan.
Berkaca dari hal itu, Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki berpandangan bahwa perguruan tinggi harus mulai mengubah kurikulumnya. Bukan lagi menciptakan sarjana yang ingin menjadi pegawai pemerintah atau swasta, tapi lebih ingin menjadi wirausaha.
MenKopUKM menjelaskan berdasarkan data KemenKopUKM, saat ini sebanyak 73% anak muda dari seluruh penduduk Indonesia ingin menjadi pebisnis, bukan lagi menjadi pegawai.
Selain itu, survei Centre for Strategic and International Studies (CSIS) juga menyatakan bahwa lebih dari 70% anak muda ingin menjadi pebisnis.
“Ini menjadi bahan penting bagi perguruan tinggi untuk meredesain terutama fakultas bisnis dan ekonomi guna menyiapkan entrepreneur. Karena itu perguruan tinggi penting untuk menyiapkan para pelaku UMKM kita yang lebih berkelas,” tegas Teten Masduki.
KemenKopUKM juga tengah menyiapkan program 1 juta wirausaha mapan baru. Hal ini dilakukan karena meskipun jumlah UMKM Indonesia mencapai 64 juta lebih, persentase kewirausahaan Indonesia masih rendah atau hanya 3,18%. Targetnya, minimal jumlah persentase kewirausahaan ini mencapai 3,95% sampai dengan 4% di tahun 2024.
Peserta Webinar Universitas Garut
Menteri merasa perguruan tinggi perlu mengembangkan riset bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan juga memanfaatkan program Matching Fund dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) untuk membuat riset yang hasilnya dapat dikomersialisasi kepada UMKM.
“Pascapandemi ini kita bukan hanya ingin pulih tapi bertransformasi. Bank Dunia juga sudah mengingatkan kita bahwa Indonesia harus menyiapkan lapangan kerja yang berkualitas.”
Sebagai pusat pembelajaran mahasiswa dan pengembangan ilmu, Teten menambahkan Indonesia dapat menjadikan University of Melbourne sebagai best practice terbaik yang telah menghadirkan Business Innovation Lab yang berfokus pada pengembangan UMKM serta pelatihan desain thinking bagi para mahasiswa. Untuk mengembangkan usahanya mulai dari studi kelayakan bisnis, product development, hingga international shipping atau ekspor yang didukung oleh alumni sebagai mentor.
Memperkuat kolaborasi, KemenKopUKM telah melakukan MoU dengan berbagai universitas guna mengembangkan potensi perkoperasian dan UMKM melalui pendidikan, pendampingan, pemagangan, pengabdian kepada masyarakat, Program Merdeka Belajar Kampus Merdeka. Serta terus mendorong agar lembaga inkubator di kampus bisa menjadi pengembangan UMKM.
Rektor Universitas Garut Abdusy Syakur Amin menuturkan di tengah beragam tantantangan yang terjadi baik di dalam negeri maupun di luar negeri, UMKM harus melakukan penguatan diri agar bertahan dan berkembang.
Melalui webinar ini, dia pun berharap terbentuk gagasan yang dapat diaplikasikan kepada pelaku UMKM.
“Semoga acara ini memberikan pencerahan dan wawasan baru untuk membantu UMKM untuk bertahan dan berkembang ke depannya,” harap Abdusy.
MULIA GINTING – ERWIN TAMBUNAN
“Karena itu perguruan tinggi penting untuk menyiapkan para pelaku UMKM kita yang lebih berkelas,” tegas Teten Masduki. Foto: KemenKopUKM
Artikel ini sudah terbit di govnews-idn.com